Bab I
Pendahuluan
Manusia
sebagai makhluk yang memiliki banyak keterbatasan kerapkali mengalami perasaan
takut, cemas, sedih, bimbang, dan sebagainya. Dalam psikologi, gangguan atau
penyakit kejiwaan akrab diistilahkan psikopatologi. Ada dua macam
psikopatologi:
1.
Neurosis
2.
Psikosis.
Sementara
dr. H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi enam macam, selain dua yang telah
tersebut, ia mengemukakan yang lainnya yaitu: psikosomatik, kelainan
kepribadian, deviasi seksual, dan retardasi mental.
Neurosis
adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih menyadari atas kondisi dirinya
yang tengah terganggu. Cirri-ciri neurosis ini antara lain:
1.
wawasan yang tak
lengkap mengenai sifat-sifat dan kesukarannya;
2.
mengalami konflik
batin
3.
menampakkan reaksi
kecemasan;
4.
adanya kerusakan
parsial pada aspek-aspek kepribadian..
Neurosis
dapat muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1.
Neurasthenia, yaitu
gangguan yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang kronis sekalipun
tidak ditemukan sebab-sebab fisik;
2.
Histeria, gangguan
jiwa yang ditandai ketidakstabilan emosi, represi, disasosiasi, dan
sugestibilitas. Hysteria ini bisa berwujud kelumpuhan atau cramp sebagian
anggota badan, hilang kesanggupan bicara, hilang ingatan, kepribadian ganda,
mengelana tidak sadar (fugue), atau berjalan-jalan dalam keadaan tidur
(somnabulism);
3.
Psychasthenia,
gangguan jiwa yang ditandai ketidakmampuan diri tetap dalam keadaan integrasi yang normal. Jenis ini
antara lain bisa tampil dalam bentuk phobia (takut yang tidak masuk akal),
obsesi, dan kompulsi.
Neurosis
terjadi bisa disebabkan oleh faktor-faktor organis fisis, faktor psikis dan
struktur kepribadian, atau bisa juga karena faktor milieu atau lingkungan.
Tetapi yang jelas, terganggunya mental dapat berpengaruh kepada
1.
Perasaan
2.
Pikiran
3.
Kelakuan
4.
juga kesehatan tubuh.
Sementara
psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita
tidak lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan
cirri-ciri sebagai berikut:
1.
mengalami
disorganisasi proses pikiran;
2.
gangguan emosional
3.
disorientasi waktu,
ruang, dan person
4.
terkadang disertai
juga dengan halusinasi dan delusi.
Psikosis
bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1.
Schizophrenia, yaitu
penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan kepribadian;
2.
Paranoia, yaitu gila
kebesaran atau merasa lebih dari segalanya;
3.
maniac depressive
psychosis, yakni perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah
sebaliknya menjadi serba salah atau sedih.
Kali
ini kita akan membahasa salah satu bentuk psikosis Schizophrenia yang di ambil
contoh dalam film
Pengertian
Skizofrenia adalah satu
istilah beberapa gangguan yang ditandai dengan kekacauan kepribadaian, distoris
terhadap realitas, ketidak mampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari,
dimana perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham atau
delusi, dan gangguan persepsi.
Umumnya gangguan ini muncul
pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan
yang muncul dapat terjadi secara lambat atau datang secara tiba-tiba pada
penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stres.
Skizofrenia adalah gangguan
mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi,
pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Kondisi yang biasanya berlangsung lama
ini sering diartikan sebagai gangguan mental mengingat sulitnya penderita
membedakan antara kenyataan dengan pikiran sendiri. Penyakit Skizofrenia bisa
diidap siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Skizofrenia merupakan salah
satu jenis gangguanmental, maka pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter
spesialis kejiwaan atau psikiater. Penyakit ini juga menyebabkan pengidapnya
tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, mengingat, ataupun memahami masalah
tertentu.
Skizofrenia paranoid
merupakan jenis Skizofrenia yang aling sering ditemukan di tengah-tengah
masyarakat. Dimana gejala yang khas dari Skizofrenia paranoid adalah delusi
(waham) dan halusinasi. Itulah sebabnya, orang dengan Skizofrenia paranoid
cenderung mendengar suara-suara di dalam pikiran mereka dan melihat sesuatu
yang tidak nyata.
Selain itu, orang yang
memiliki Skizofrenia paranoid juga sering menunjukkan perilaku kacau yang
menyebabkan diri mereka tidak dapat mengendalikan perilakunnya. Akibatnya,
pengidap Skizofrenia paranoid sering berperilaku tidak pantas, sulit
mengendalikan emosi, hasrat, serta keinginannya.
Secara umum, Skizofrenia
adalah gangguan kejiwaan kronis yang membutuhkan pengobatan berkepanjangan
untuk meringankan gejalanya.
Seberapa umumkah penyakit
Skizofrenia ini? Menurut survei sebanyak 1 dari 100 orang, atau 1 persen
populasi dunia, terkena penyakit ini.dan penyakit ini lebih didominasi oleh
pasien pria dari pada wanita[1].
Penderita Skizofrenia ini di
dominasi oleh pria. Karena hingga saat ini data WHO telah menunjukkan sebanyak 23 juta orang di
dunia ini mengalami yang namanya penyakit Skizofrenia. Dari jumlah tersebut,
penderita berjenis kelamin laki-laki lebih mendominasi yaitu seitar 12 juta
orang. Sementara 9 juta sisanya dialami oleh wanita. Hal ini memang belum dapat
dipastikan apa penyebabnya, namun diduga karena hormon estrogen yang lebih
tinggi pada wanita yang membuatnya lebih terihindar dari penyakit tersebut.
Mengingat hormon estrogen sangat berperan dalam mencegah ketidakseimbangan
neurotransmiter pada otak.
Penyebab penyakit Akizofrenia
1 1. Hormon Estrogen
Jika kita selidiki tentang
hormon estrogen sendiri adalah hormon yang penting untuk perkembangan seksual
dan reproduksi, terutama pada wanita. Estrogen juga disebut sebagai hormon seks
pada wanita. Istilah estrogen mengacu pada semua kelompok hormon kimiawi yang
terdiri dari estrone , estradiol (primer pada wanita usia reproduksi) dan
estriol
Sedangkan fungsi dari hormon
Estrogen ini sendiri pada wanita, estrogen ini diproduksi terutama oleh
ovarium, tetapi juga diproduksi oleh sel-sel lemak dan kelenjar edrena.
Estrogen ini juga berperan dalam masa pubertas, dimana Estrogen ini memainkan
peran dalam pengembangan ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder, seperti
pertumbuhan payudara, rambut kemaluan dan ketiak.
Estrogen juga membantu
mengatur siklus menstruasi, kemudian mengendalikan pertumbuhan lapisan rahim
selama awal siklus menstruasi. Karena jika sel telur wanita tidak dibuahi,
kadar estrogen akan menurun tajam dan terjadilah menstruasi. Namun apabila sel
telur dibuahi, estrogen akan bekerja dengan progesteron, untuk menghentikan
ovulasi selama kehamilan yang artinya tidak terjadi menstruasi.
Fungsi Estrogen yang tak
kalah pentingnya yaitu mengontrol laktasi dan perubahan lain pada payudara,
termasuk dimasa remaja dan selama kehamilan. Selama kehamilan, plasentamemproduksi estrogen,
khususnya hormon estriol.
Estrogen ini juga berperan
dalam pembentukan tulang, bekerja dengan vitamin D, kalsium dan hormon lainnya
untuk secara efektif memecah dan membangun kembali tulang sesuai dengan proses
alami tubuh. Ketika kadar estogen mulai menurun di usia pertengahan, proses
membangun kembali tulang menjadi melambat, maka dari itu wanita yang sudah
masuk masa menopause akhirnya mogok tulangnya lebih cepat keropos bahkan
empatkali lebih mungkin mengalami osteoporosis dari pada pria.
Fungsi estrogen lainnya
yaitu mempengaruhi kulit, rambut, selaput lendir dan otot-otot panggul, menurut Johns Hopkins Medicine. Hormon
ini juga mempengaruhi otak, dan penelitianjuga menunjukkan bahwa kadar
estrogen yang rendah dan berlangsung lama terkait dengan suasana hati kurang
baik. Pria menghasilkan estrogen juga, tetapi pada tingkat yang lebih rendah
daripada wanita. Pada pria, estrogen diduga mempengaruhi jumlah sperma. Berikut kelebihan dan kelamahan adari Hormon
Estrogen.
Kelebihan Hormon estrogen
Estrogen berlebihan dalam
tubuh dapat menyebabkan segudang gejala dan efek yang tidak menyenangkan.
Sayangnya, masih banyak yang belum mengetahui, padahal ini sering terjadi
terutama selama transisi menopause. Berikut adalah beberapa gejala yang paling
sering dialami ketika kelebihan hormon estrogen
1.
kaki kram
2.
payudara nyeri
3.
peningkatan berat badan
4.
fibroid rahim
5.
penurunan gairah seksual
6.
menstruasi yang teratur
kekurangan Hormon estrogen
tanda dan gejala kekurangan
hormon estrogen dapat bervariasi dan mungkin tergantung pada seberapa berat
rendahnya kadar estrogen pada seorang.
Beberapatanda dan gejala
kekurangan hormon estrogen termasuk gangguan tidur yang dapat menyebabkan
kelelahan ekstrimm di siang hari, ketidak ampuan untuk fokus. Gangguan tidur
ini mungkin akibat dari kombinasi jantung berdebar-debar, hot flashe,
berkeringat di malam hari, dan menggigil dingin.
Gejala lain akibat hormon
estrogen yang rendah yaitu nyeri sendi, sakit kepala, kulit kering, dan vagina
mengerig, tulang menjadi rapuh dan mudah patah, meningkatkan resiko infeksi
kandung kemih. Setiap kombinasidari tanda-tanda dan gejala estrogen rendah ini
dapat menyebabkan depresi berat yang berujung pada gangguan kejiwaan
Skizofrenia[2].
2. Faktor genetik
Seseorang
dari keluarga penderita skizofrenia, 10% lebih berisiko mengalami kondisi yang
sama. Risiko akan menjadi 40% lebih besar bila kedua orang tua sama-sama
menderita skizofrenia. Pada orang yang memiliki saudara kembar dengan
skizofrenia, risiko meningkat hingga 50%.
3. Faktor kimia otak
Penelitian
menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin berisiko
menimbulkan skizofrenia. Dopamin dan serotonin adalah bagian dari neurotransmitter, zat
kimia yang berfungsi mengirim sinyal antar sel-sel otak.
Telah
diketahui juga, terdapat perbedaan struktur dan fungsi otak pada penderita
skizofrenia. Sejumlah perbedaan tersebut, antara lain:
- Koneksi antar sel-sel otak yang
lebih sedikit.
- Ukuran lobus temporalis yang lebih
kecil. Lobus temporalis adalah bagian otak yang terkait dengan ingatan.
- Ukuran ventrikel otak yang lebih
besar. Ventrikel adalah bagian di dalam otak yang berisi cairan.
4. Komplikasi kehamilan dan
persalinan
Sejumlah
kondisi yang terjadi pada masa kehamilan diduga berisiko menyebabkan
skizofrenia pada anak yang dilahirkan. Di antaranya adalah kekurangan nutrisi,
paparan racun dan virus, preeklamsia, diabetes, serta perdarahan dalam masa kehamilan.
Komplikasi
saat persalinan, juga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak. Misalnya
kekurangan oksigen saat dilahirkan (asfiksia), berat badan lahir rendah, dan lahir prematur.
Beberapa
faktor risiko lainnya adalah:
- Peningkatan sistem kekebalan tubuh
akibat penyakit autoimun dan peradangan.
- Cedera otak akibat jatuh atau
kecelakaan, termasuk yang terjadi di masa kecil.
- Infeksi virus, terutama virus
influenza dan polio.
Selain
sejumlah faktor risiko di atas, ada yang disebut faktor pemicu skizofrenia.
Pada orang dengan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, stres merupakan
faktor psikologis paling utama yang dapat memicu timbulnya skizofrenia. Stres
bisa terjadi karena perceraian, kehilangan pekerjaan atau tempat tinggal, dan
ditinggal orang yang dicintai. Pelecehan seksual, atau kekerasan fisik dan
emosional juga dapat menyebabkan stres.
Penyalahgunaan
NAPZA, seperti kokain, ganja dan amfetamin, juga dapat memicu skizofrenia pada
orang dengan faktor risiko di atas. Penelitian menunjukkan, pecandu ganja
berisiko empat kali lipat lebih tinggi untuk mengalami skizofrenia.
Bab II
Isi
Terdapat beberapa jenis Skizofrenia
Jadi
menurut Kaplan dan Sadock (2010), berdasarkan gejala-gejalanya, Skizofernia
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.
Skizofrenia paranoid
Skizofrenia
paranoid biasanya ditandai dengan adanya waham kejar (rasa menjadi korban atau seolah-olah
dimata-matai atau waham kebesaran, halusinasi dan terkadang terdapat waham
keagamaan yang berlebih (fokus waham agama). Atau perilaku agresif dan
bermusuhan Skizofrenia sering dimulai sesudah umur 30 tahun. Permulaanya
mungkin subakut, tetapi mungkin juag akut. Kepribadian penderita sebelum sakit
sering dapat digolongkan Schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri,
agak congkak dan kurang percaya orang lain.
2.
Skizofrenia
hebefrenik
Skizofrenia
hebefrenik biasanya ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak sesuai
sacara nyata, inkoherensi, asosiasi longgarr, dan disorganisasi perilaku yang
ekstrim. Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 155-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses
berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personility.
Gangguan psikomotor dan adanya depersonalisasi atau double personality.
Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kanak-kanakan
sering terdapat pada Skizofrenia heberfrenik, waham adan halusinasinya banyak
sekali
3.
Skizofernia
katatonik
Skizofernia
katatonik biasanya ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam
bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan
dan tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal. Timbulnya pertama kali antara
usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres
emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau supor katatonik. Gejala
utama yang dapat diamati adalah gejala psikomotor, seperti
·
Mutisme,
kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti topeng, stupor
penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat lama, beberapa
hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
·
Bila diganti
posisinya penderita menentang
·
Makanan ditolak, air
ludah tidak tertelan sehingga terkumpul didalam mulut dan meleleh keluar, air
seni dan feses ditahan
·
Terdapat grimas dan
katalepsi
4.
Skizofernia simplex
Skizofernia
simplex biasanya ditandai dengan gejala-gejala Skizofernia campuran (atau jenis
lain) disertai gangguan pikir, afek, dan perilaku. Sering timbul pertama kali
pada masa pubertas. Gejala utamanya pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi
dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan.
Waham dan halusinasi jerang sekali ditemukan
5.
Skizofrenia residual
Skizofrenia
residual biasanya ditandai dengan setidaknya satu episode Skizofrenia
sebelumnya, tetapi saat ini tidak psikotik, manarik diri dari masyarakat, afek
datar serta asosiasi longgar. Jenis ini adalah keadaan kronis dari Skizofrenia
dengan riwayat sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala
berkembang kearah gejala negativ yang lebih menonjol. Gejala negativ terdiri
dari kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif, dan
tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun,
serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial[3].
Penderita penyakit Skizofrenia ini memiliki beberapa
ciri-ciri atau gejala-gejala yang terjadi :
Ciri-ciri Skizofrenia
1. Kekacauan pikiran
dan perhatian
Menurut
Atkinson Dkk. (1992) kekacauan disini merupakan kesulitan umum untuk menyaring
stimulus yang relevan. Pada penderita Skizofrenia jika ia menghadapi banyak
simulus pada waktu yang bersamaan, maka ia sulit untuk mengambil makna dan
menyeleksi masukan-masukan yang beragam tersebut. Ketidak mampuan menyaring
stimulus ini ditandai dengan pembicaraan yang tidak berujung pangkal.
2. Kekacauan persepsi
Pada
pendrita skizofrenia akut seringkali mengalami bahwa dnia tampak berbeda
baginya. Suara terdengar lebih keras, warna terlihat lebih mencolok, dan
tubuhnya terlihat tidak sama. Berbeda penderita sudah tidak dapat mengenali
dirinya sendiri di dalam cermin atau melihat bayangannya sendiri seperti
bayangan rangkao tiga (Atkinson, 1992)
3.
Kekacauan afektif
Penderita
skizofrenia pada umumnya tidak dapat memberikan respons emosional yang normal
dan wajar. Kadang-kadang mereka mengungkapkan peraasaan yang tidak sesuai
dengan situasi atau pikiran yang diungkapkan.
4.
Penarikan diei dari
realita
Penderita
skizofrenia cenderung menarik diri dari pergaulan denanorang lain dan cenderung
asyik dengan dunianya sendiri. Keasyikan dengan diri sendiri tersebut
seringkali disebut dengan autisme. Penarikan diri dari realita ini pada
penderita akut dapat bersifat sementara. Sedangka pada penderita kronis,
penarikan diri dapat bertahan dan berkembang sedemikian rupa, sehingga
penderita menjadi tidak responsif pada peristiwa eksternal, tetap diam dan
tidak bergerak selama berhari-hari, serta harus dirawat seperti bayi.
5. Delusi dan
halusinasi
Delusi
adalah suatu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, yang tidak dapat
diubah lewat penalaran atau dengan disajikan dfakta-fakta. Delusi yang sifatnya
menetap dan sistematis akan berakibat menjadi abnormal.
Gejala-gejala Skizofernia dibagi menjadi 4 garis besar
1.
Gejala positif :
gejala psikotik seperti halusinasi yang biasanya bersifat pendengaran, delusi,
berbicara, dan perilaku yang tidak terorganisir
2.
Gejala negatif :
penurunan derajat emosional, sedikit berbicara, kehilangan minat dan dorongan,
dan memiliki inersia yang luar biasa.
3.
Gejala kognitif :
defisit neurokognitif (misalnya defisit dalam memori dan perhatian, dan defisit
fungsi eksekutif seperti kemampuan untuk mengatur), pasien juga merasa sulit
untuk memahami nuansa dan seluk-bbeluk dari isyarat interpersonal dan hubungan.
4.
Gejala suasana hati
: pasien sering terlihat ceria atau sedih dengan cara yang sulit dimengerti dan
mereka sering depresi
Kemudian secara khusus gejala-gejala Skizofrenia dapat
dikelompokkan dalam beberapa gangguan yaitu:
1.
Gangguan alam
pikiran
Gangguan
alam pikiran pada penderita Skizofrenia berupa gangguan bentuk arus pikiran dan
gangguan isi pikiran. Penderita Skizifrenia inti gangguan memang terdapat pada
proses pikiran dan yang terganggu terutama dalah proses asosiasi, antara lain
ditandai dengan gejala sebagai berikut:
1.
Penderita
kadan-kadang mempunyai satu ide yang belum selesai diutarakan tetapi sudah
timbul ide yang lainnya
2.
Penderita
Skizofrenia tidak jarang menggunkan arti simbolik, sehingga jalan pikiran
penderita Skizofrenia tidak dapat diikuti dan dimengerti oleh orang lain.
3.
Pada penderita
Skizofrenia sering juga ditemukan apa yang disebut dengan bloking, yaitu isi
pikiran yang kadang-kadang berhenti dan tidak timbul ide lagi
4.
Gejala lain adalah
halusinasi yaitu penderita meras ada suara-suara di telinganya
5.
Cara berpikir yang
aneh (ambivalensi)
6.
Adanya waham yang
menguasai dirinya
7.
Merasa dirinya tidak
sakit dan merasa dirinya paling benar (egosentris)
2.
Gangguan daya
tanggapan (perseption)
Ganguan
daya tanggap sebagai suatu pengelabuhan panca indra. Pada gangguan ini dapat
terjadi ilusi yaitu suatu peristiwa salah tanggap dari suatu stimulus dari
luar. Ataupun suatu tanggapan tanpa adanya rangsangan dari luar. Gangguan utama
dari gangguan persepsi ini adalah jenis halusinasi benar
3.
Ganguan alam
perasaan
Pada
awal dari gangguan suasana penderita, biasanya lebih peka dari orang normal.
Gejala yang tampak dalah penderita mudah tersinggung, mudah marah dan peka
terhadap hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu tersinggung atau marah. Pada
keadaan gangguan lebih lanjut atau lebih parah, suasana penderita justru akan
acuh terhadap sekitarnya.
4.
Gangguan ringkah
laku
Gangguan
tingkah laku (psikomotor) yang beraneka ragam sering terlihat. Khususnya pada
bentuk serangan akut dan nyata. Tingkah laku penderita Skizofrenia sering aneh
dan tidak dapat dimengerti seperti hal-hal berikut ini:
1.
Pengurangan hebat
dari reaktivitas terhadap lingkungan yang berupa berkurangnya pergerakan dan
aktivitas spontan, penderita akan bersikap kaku dan menolak usaha-usaha untuk
menggerakkannya.
2.
Gerakan motorik yang
berlebihan (exited) dan nampak tidak bertujuan serta tidak dipengaruhi oleh
stimulus luar ( seperti ada kegaduhan/furor katatonik).
Bab III
Metode yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit
Skizofernia
Skizofrenia
dapat disembuhkan melalui pengobatan dan terapi, antara lain yaitu:
1.
Antipsikotik. Aspek
psikotik dari gangguan memerluka terapi dengan antipsikotik. Pengobatan yang
konsisten penting untuk hasil terbaik. Psikoedukasi pada penderita dan
keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari
pengobatan pada gangguan skizofrenia
2.
Antidepresan.
Penggunaan electroconvulsive therapy dapat menjadi modalitas untuk menangani
perilaku bunuh diri pada penderita Skizofrenia, terutama untuk jangka pendek
namun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kombinasi antara antipsikotik
dan antidepresan telah menunjukkan penurunan tingkat kematian dari segala
penyebab pada penderita skizofrenia
3.
Psikoterapi
suportif. Terapi jenis ini adalah teknik untuk memperbaiki atau menguatkan ego
strenght penderita. Adapun tujuan psikoterapi suportif adalah:
1.
Membantu penderita
untuk mengontrol implus melalui penentuan batasan secara langsung
2.
Mendapatkan gambaran
lebih akurat dari realitas melalui klarifikasi dan testing of perception
3.
Menopang struktur
adaptif dengan menerima (bukan menganalisa maupun mengkonfrontasi) tehnik
pertahanan.
4.
Mengembangkan koping
yang lebih baik melalui pengajaran dan saran praktis dan melalui terapis
sebagai role model dan sebagai tokoh yang senantiasa menenangkan dimana
penderita dapat bersandar.
<script data-ad-client="ca-pub-6890599241339623" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
[1] https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/skizofrenia/
[2] https://www.honestdocs.id/hormon-estrogen-fungsi-kelebihan-kekurangan
[3] https://www.kajianpustaka.com/2019/11/pengertian-jenis-gejala-dan-pengobatan-skizofrenia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar