Selasa, 18 Februari 2020

PENGERTIAN,PENYEBAB,DAN CARA MENYEMBUHKAN SCHIZOPHRENIA

Bab I
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak keterbatasan kerapkali mengalami perasaan takut, cemas, sedih, bimbang, dan sebagainya. Dalam psikologi, gangguan atau penyakit kejiwaan akrab diistilahkan psikopatologi. Ada dua macam psikopatologi:
1.      Neurosis
2.      Psikosis.
Sementara dr. H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi enam macam, selain dua yang telah tersebut, ia mengemukakan yang lainnya yaitu: psikosomatik, kelainan kepribadian, deviasi seksual, dan retardasi mental.
Neurosis adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih menyadari atas kondisi dirinya yang tengah terganggu. Cirri-ciri neurosis ini antara lain:
1.      wawasan yang tak lengkap mengenai sifat-sifat dan kesukarannya;
2.      mengalami konflik batin
3.      menampakkan reaksi kecemasan;
4.      adanya kerusakan parsial pada aspek-aspek kepribadian..
Neurosis dapat muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1.      Neurasthenia, yaitu gangguan yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang kronis sekalipun tidak ditemukan sebab-sebab fisik;
2.      Histeria, gangguan jiwa yang ditandai ketidakstabilan emosi, represi, disasosiasi, dan sugestibilitas. Hysteria ini bisa berwujud kelumpuhan atau cramp sebagian anggota badan, hilang kesanggupan bicara, hilang ingatan, kepribadian ganda, mengelana tidak sadar (fugue), atau berjalan-jalan dalam keadaan tidur (somnabulism);
3.      Psychasthenia, gangguan jiwa yang ditandai ketidakmampuan diri tetap dalam  keadaan integrasi yang normal. Jenis ini antara lain bisa tampil dalam bentuk phobia (takut yang tidak masuk akal), obsesi, dan kompulsi.
Neurosis terjadi bisa disebabkan oleh faktor-faktor organis fisis, faktor psikis dan struktur kepribadian, atau bisa juga karena faktor milieu atau lingkungan. Tetapi yang jelas, terganggunya mental dapat berpengaruh kepada
1.      Perasaan
2.      Pikiran
3.      Kelakuan
4.      juga kesehatan tubuh.
Sementara psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan cirri-ciri sebagai berikut:
1.      mengalami disorganisasi proses pikiran;
2.      gangguan emosional
3.      disorientasi waktu, ruang, dan person
4.      terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi.
Psikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1.      Schizophrenia, yaitu penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan kepribadian;
2.      Paranoia, yaitu gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya;
3.      maniac depressive psychosis, yakni perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah sebaliknya menjadi serba salah atau sedih.
Kali ini kita akan membahasa salah satu bentuk psikosis Schizophrenia yang di ambil contoh dalam film

Pengertian
Skizofrenia adalah satu istilah beberapa gangguan yang ditandai dengan kekacauan kepribadaian, distoris terhadap realitas, ketidak mampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, dimana perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham atau delusi, dan gangguan persepsi.
Umumnya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau datang secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stres.
Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Kondisi yang biasanya berlangsung lama ini sering diartikan sebagai gangguan mental mengingat sulitnya penderita membedakan antara kenyataan dengan pikiran sendiri. Penyakit Skizofrenia bisa diidap siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguanmental, maka pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter spesialis kejiwaan atau psikiater. Penyakit ini juga menyebabkan pengidapnya tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, mengingat, ataupun memahami masalah tertentu.
Skizofrenia paranoid merupakan jenis Skizofrenia yang aling sering ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Dimana gejala yang khas dari Skizofrenia paranoid adalah delusi (waham) dan halusinasi. Itulah sebabnya, orang dengan Skizofrenia paranoid cenderung mendengar suara-suara di dalam pikiran mereka dan melihat sesuatu yang tidak nyata.
Selain itu, orang yang memiliki Skizofrenia paranoid juga sering menunjukkan perilaku kacau yang menyebabkan diri mereka tidak dapat mengendalikan perilakunnya. Akibatnya, pengidap Skizofrenia paranoid sering berperilaku tidak pantas, sulit mengendalikan emosi, hasrat, serta keinginannya.
Secara umum, Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis yang membutuhkan pengobatan berkepanjangan untuk meringankan gejalanya.
Seberapa umumkah penyakit Skizofrenia ini? Menurut survei sebanyak 1 dari 100 orang, atau 1 persen populasi dunia, terkena penyakit ini.dan penyakit ini lebih didominasi oleh pasien pria dari pada wanita[1].
Penderita Skizofrenia ini di dominasi oleh pria. Karena hingga saat ini data WHO  telah menunjukkan sebanyak 23 juta orang di dunia ini mengalami yang namanya penyakit Skizofrenia. Dari jumlah tersebut, penderita berjenis kelamin laki-laki lebih mendominasi yaitu seitar 12 juta orang. Sementara 9 juta sisanya dialami oleh wanita. Hal ini memang belum dapat dipastikan apa penyebabnya, namun diduga karena hormon estrogen yang lebih tinggi pada wanita yang membuatnya lebih terihindar dari penyakit tersebut. Mengingat hormon estrogen sangat berperan dalam mencegah ketidakseimbangan neurotransmiter pada otak.

Penyebab penyakit Akizofrenia
1    1. Hormon Estrogen
Jika kita selidiki tentang hormon estrogen sendiri adalah hormon yang penting untuk perkembangan seksual dan reproduksi, terutama pada wanita. Estrogen juga disebut sebagai hormon seks pada wanita. Istilah estrogen mengacu pada semua kelompok hormon kimiawi yang terdiri dari estrone , estradiol (primer pada wanita usia reproduksi) dan estriol
Sedangkan fungsi dari hormon Estrogen ini sendiri pada wanita, estrogen ini diproduksi terutama oleh ovarium, tetapi juga diproduksi oleh sel-sel lemak dan kelenjar edrena. Estrogen ini juga berperan dalam masa pubertas, dimana Estrogen ini memainkan peran dalam pengembangan ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder, seperti pertumbuhan payudara, rambut kemaluan dan ketiak.
Estrogen juga membantu mengatur siklus menstruasi, kemudian mengendalikan pertumbuhan lapisan rahim selama awal siklus menstruasi. Karena jika sel telur wanita tidak dibuahi, kadar estrogen akan menurun tajam dan terjadilah menstruasi. Namun apabila sel telur dibuahi, estrogen akan bekerja dengan progesteron, untuk menghentikan ovulasi selama kehamilan yang artinya tidak terjadi menstruasi.
Fungsi Estrogen yang tak kalah pentingnya yaitu mengontrol laktasi dan perubahan lain pada payudara, termasuk dimasa remaja dan selama kehamilan. Selama kehamilan, plasentamemproduksi estrogen, khususnya hormon estriol.
Estrogen ini juga berperan dalam pembentukan tulang, bekerja dengan vitamin D, kalsium dan hormon lainnya untuk secara efektif memecah dan membangun kembali tulang sesuai dengan proses alami tubuh. Ketika kadar estogen mulai menurun di usia pertengahan, proses membangun kembali tulang menjadi melambat, maka dari itu wanita yang sudah masuk masa menopause akhirnya mogok tulangnya lebih cepat keropos bahkan empatkali lebih mungkin mengalami osteoporosis dari pada pria.
Fungsi estrogen lainnya yaitu mempengaruhi kulit, rambut, selaput lendir dan otot-otot panggul, menurut Johns Hopkins Medicine. Hormon ini juga mempengaruhi otak, dan penelitianjuga menunjukkan bahwa kadar estrogen yang rendah dan berlangsung lama terkait dengan suasana hati kurang baik. Pria menghasilkan estrogen juga, tetapi pada tingkat yang lebih rendah daripada wanita. Pada pria, estrogen diduga mempengaruhi jumlah sperma. Berikut kelebihan dan kelamahan adari Hormon Estrogen.
Kelebihan Hormon estrogen
Estrogen berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan segudang gejala dan efek yang tidak menyenangkan. Sayangnya, masih banyak yang belum mengetahui, padahal ini sering terjadi terutama selama transisi menopause. Berikut adalah beberapa gejala yang paling sering dialami ketika kelebihan hormon estrogen
1.      kaki kram
2.      payudara nyeri
3.      peningkatan berat badan
4.      fibroid rahim
5.      penurunan gairah seksual
6.      menstruasi yang teratur

kekurangan Hormon estrogen
tanda dan gejala kekurangan hormon estrogen dapat bervariasi dan mungkin tergantung pada seberapa berat rendahnya kadar estrogen pada seorang.
Beberapatanda dan gejala kekurangan hormon estrogen termasuk gangguan tidur yang dapat menyebabkan kelelahan ekstrimm di siang hari, ketidak ampuan untuk fokus. Gangguan tidur ini mungkin akibat dari kombinasi jantung berdebar-debar, hot flashe, berkeringat di malam hari, dan menggigil dingin.
Gejala lain akibat hormon estrogen yang rendah yaitu nyeri sendi, sakit kepala, kulit kering, dan vagina mengerig, tulang menjadi rapuh dan mudah patah, meningkatkan resiko infeksi kandung kemih. Setiap kombinasidari tanda-tanda dan gejala estrogen rendah ini dapat menyebabkan depresi berat yang berujung pada gangguan kejiwaan Skizofrenia[2].

2.      Faktor genetik

Seseorang dari keluarga penderita skizofrenia, 10% lebih berisiko mengalami kondisi yang sama. Risiko akan menjadi 40% lebih besar bila kedua orang tua sama-sama menderita skizofrenia. Pada orang yang memiliki saudara kembar dengan skizofrenia, risiko meningkat hingga 50%.

3.      Faktor kimia otak

Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin berisiko menimbulkan skizofrenia. Dopamin dan serotonin adalah bagian dari neurotransmitter, zat kimia yang berfungsi mengirim sinyal antar sel-sel otak.
Telah diketahui juga, terdapat perbedaan struktur dan fungsi otak pada penderita skizofrenia. Sejumlah perbedaan tersebut, antara lain:
  • Koneksi antar sel-sel otak yang lebih sedikit.
  • Ukuran lobus temporalis yang lebih kecil. Lobus temporalis adalah bagian otak yang terkait dengan ingatan.
  • Ukuran ventrikel otak yang lebih besar. Ventrikel adalah bagian di dalam otak yang berisi cairan.

4.      Komplikasi kehamilan dan persalinan

Sejumlah kondisi yang terjadi pada masa kehamilan diduga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak yang dilahirkan. Di antaranya adalah kekurangan nutrisi, paparan racun dan virus, preeklamsia, diabetes, serta perdarahan dalam masa kehamilan.
Komplikasi saat persalinan, juga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak. Misalnya kekurangan oksigen saat dilahirkan (asfiksia), berat badan lahir rendah, dan lahir prematur.
Beberapa faktor risiko lainnya adalah:
  • Peningkatan sistem kekebalan tubuh akibat penyakit autoimun dan peradangan.
  • Cedera otak akibat jatuh atau kecelakaan, termasuk yang terjadi di masa kecil.
  • Infeksi virus, terutama virus influenza dan polio.
Selain sejumlah faktor risiko di atas, ada yang disebut faktor pemicu skizofrenia. Pada orang dengan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, stres merupakan faktor psikologis paling utama yang dapat memicu timbulnya skizofrenia. Stres bisa terjadi karena perceraian, kehilangan pekerjaan atau tempat tinggal, dan ditinggal orang yang dicintai. Pelecehan seksual, atau kekerasan fisik dan emosional juga dapat menyebabkan stres.
Penyalahgunaan NAPZA, seperti kokain, ganja dan amfetamin, juga dapat memicu skizofrenia pada orang dengan faktor risiko di atas. Penelitian menunjukkan, pecandu ganja berisiko empat kali lipat lebih tinggi untuk mengalami skizofrenia.

Bab II
Isi
Terdapat beberapa jenis Skizofrenia
Jadi menurut Kaplan dan Sadock (2010), berdasarkan gejala-gejalanya, Skizofernia dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.      Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid biasanya ditandai dengan adanya waham kejar (rasa menjadi korban atau seolah-olah dimata-matai atau waham kebesaran, halusinasi dan terkadang terdapat waham keagamaan yang berlebih (fokus waham agama). Atau perilaku agresif dan bermusuhan Skizofrenia sering dimulai sesudah umur 30 tahun. Permulaanya mungkin subakut, tetapi mungkin juag akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan Schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya orang lain.
2.      Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik biasanya ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak sesuai sacara nyata, inkoherensi, asosiasi longgarr, dan disorganisasi perilaku yang ekstrim. Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 155-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personility. Gangguan psikomotor dan adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kanak-kanakan sering terdapat pada Skizofrenia heberfrenik, waham adan halusinasinya banyak sekali
3.      Skizofernia katatonik
Skizofernia katatonik biasanya ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal. Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau supor katatonik. Gejala utama yang dapat diamati adalah gejala psikomotor, seperti
·         Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
·         Bila diganti posisinya penderita menentang
·         Makanan ditolak, air ludah tidak tertelan sehingga terkumpul didalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan
·         Terdapat grimas dan katalepsi
4.      Skizofernia simplex
Skizofernia simplex biasanya ditandai dengan gejala-gejala Skizofernia campuran (atau jenis lain) disertai gangguan pikir, afek, dan perilaku. Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utamanya pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jerang sekali ditemukan
5.      Skizofrenia residual
Skizofrenia residual biasanya ditandai dengan setidaknya satu episode Skizofrenia sebelumnya, tetapi saat ini tidak psikotik, manarik diri dari masyarakat, afek datar serta asosiasi longgar. Jenis ini adalah keadaan kronis dari Skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala negativ yang lebih menonjol. Gejala negativ terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif, dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial[3].

Penderita penyakit Skizofrenia ini memiliki beberapa ciri-ciri atau gejala-gejala yang terjadi :
Ciri-ciri Skizofrenia
1.     Kekacauan pikiran dan perhatian
Menurut Atkinson Dkk. (1992) kekacauan disini merupakan kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan. Pada penderita Skizofrenia jika ia menghadapi banyak simulus pada waktu yang bersamaan, maka ia sulit untuk mengambil makna dan menyeleksi masukan-masukan yang beragam tersebut. Ketidak mampuan menyaring stimulus ini ditandai dengan pembicaraan yang tidak berujung pangkal.
2.      Kekacauan persepsi
Pada pendrita skizofrenia akut seringkali mengalami bahwa dnia tampak berbeda baginya. Suara terdengar lebih keras, warna terlihat lebih mencolok, dan tubuhnya terlihat tidak sama. Berbeda penderita sudah tidak dapat mengenali dirinya sendiri di dalam cermin atau melihat bayangannya sendiri seperti bayangan rangkao tiga (Atkinson, 1992)
3.      Kekacauan afektif
Penderita skizofrenia pada umumnya tidak dapat memberikan respons emosional yang normal dan wajar. Kadang-kadang mereka mengungkapkan peraasaan yang tidak sesuai dengan situasi atau pikiran yang diungkapkan.
4.      Penarikan diei dari realita
Penderita skizofrenia cenderung menarik diri dari pergaulan denanorang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri. Keasyikan dengan diri sendiri tersebut seringkali disebut dengan autisme. Penarikan diri dari realita ini pada penderita akut dapat bersifat sementara. Sedangka pada penderita kronis, penarikan diri dapat bertahan dan berkembang sedemikian rupa, sehingga penderita menjadi tidak responsif pada peristiwa eksternal, tetap diam dan tidak bergerak selama berhari-hari, serta harus dirawat seperti bayi.
5.    Delusi dan halusinasi
Delusi adalah suatu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, yang tidak dapat diubah lewat penalaran atau dengan disajikan dfakta-fakta. Delusi yang sifatnya menetap dan sistematis akan berakibat menjadi abnormal.
Gejala-gejala Skizofernia dibagi menjadi 4 garis besar
1.      Gejala positif : gejala psikotik seperti halusinasi yang biasanya bersifat pendengaran, delusi, berbicara, dan perilaku yang tidak terorganisir
2.      Gejala negatif : penurunan derajat emosional, sedikit berbicara, kehilangan minat dan dorongan, dan memiliki inersia yang luar biasa.
3.      Gejala kognitif : defisit neurokognitif (misalnya defisit dalam memori dan perhatian, dan defisit fungsi eksekutif seperti kemampuan untuk mengatur), pasien juga merasa sulit untuk memahami nuansa dan seluk-bbeluk dari isyarat interpersonal dan hubungan.
4.      Gejala suasana hati : pasien sering terlihat ceria atau sedih dengan cara yang sulit dimengerti dan mereka sering depresi
Kemudian secara khusus gejala-gejala Skizofrenia dapat dikelompokkan dalam beberapa gangguan yaitu:
1.      Gangguan alam pikiran
Gangguan alam pikiran pada penderita Skizofrenia berupa gangguan bentuk arus pikiran dan gangguan isi pikiran. Penderita Skizifrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran dan yang terganggu terutama dalah proses asosiasi, antara lain ditandai dengan gejala sebagai berikut:
1.      Penderita kadan-kadang mempunyai satu ide yang belum selesai diutarakan tetapi sudah timbul ide yang lainnya
2.      Penderita Skizofrenia tidak jarang menggunkan arti simbolik, sehingga jalan pikiran penderita Skizofrenia tidak dapat diikuti dan dimengerti oleh orang lain.
3.      Pada penderita Skizofrenia sering juga ditemukan apa yang disebut dengan bloking, yaitu isi pikiran yang kadang-kadang berhenti dan tidak timbul ide lagi
4.      Gejala lain adalah halusinasi yaitu penderita meras ada suara-suara di telinganya
5.      Cara berpikir yang aneh (ambivalensi)
6.      Adanya waham yang menguasai dirinya
7.      Merasa dirinya tidak sakit dan merasa dirinya paling benar (egosentris)
2.      Gangguan daya tanggapan (perseption)
Ganguan daya tanggap sebagai suatu pengelabuhan panca indra. Pada gangguan ini dapat terjadi ilusi yaitu suatu peristiwa salah tanggap dari suatu stimulus dari luar. Ataupun suatu tanggapan tanpa adanya rangsangan dari luar. Gangguan utama dari gangguan persepsi ini adalah jenis halusinasi benar
3.      Ganguan alam perasaan
Pada awal dari gangguan suasana penderita, biasanya lebih peka dari orang normal. Gejala yang tampak dalah penderita mudah tersinggung, mudah marah dan peka terhadap hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu tersinggung atau marah. Pada keadaan gangguan lebih lanjut atau lebih parah, suasana penderita justru akan acuh terhadap sekitarnya.
4.      Gangguan ringkah laku
Gangguan tingkah laku (psikomotor) yang beraneka ragam sering terlihat. Khususnya pada bentuk serangan akut dan nyata. Tingkah laku penderita Skizofrenia sering aneh dan tidak dapat dimengerti seperti hal-hal berikut ini:
1.      Pengurangan hebat dari reaktivitas terhadap lingkungan yang berupa berkurangnya pergerakan dan aktivitas spontan, penderita akan bersikap kaku dan menolak usaha-usaha untuk menggerakkannya.
2.      Gerakan motorik yang berlebihan (exited) dan nampak tidak bertujuan serta tidak dipengaruhi oleh stimulus luar ( seperti ada kegaduhan/furor katatonik).


Bab III
Metode yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit Skizofernia
Skizofrenia dapat disembuhkan melalui pengobatan dan terapi, antara lain yaitu:
1.      Antipsikotik. Aspek psikotik dari gangguan memerluka terapi dengan antipsikotik. Pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik. Psikoedukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizofrenia
2.      Antidepresan. Penggunaan electroconvulsive therapy dapat menjadi modalitas untuk menangani perilaku bunuh diri pada penderita Skizofrenia, terutama untuk jangka pendek namun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kombinasi antara antipsikotik dan antidepresan telah menunjukkan penurunan tingkat kematian dari segala penyebab pada penderita skizofrenia
3.      Psikoterapi suportif. Terapi jenis ini adalah teknik untuk memperbaiki atau menguatkan ego strenght penderita. Adapun tujuan psikoterapi suportif adalah:
1.      Membantu penderita untuk mengontrol implus melalui penentuan batasan secara langsung
2.      Mendapatkan gambaran lebih akurat dari realitas melalui klarifikasi dan testing of perception
3.      Menopang struktur adaptif dengan menerima (bukan menganalisa maupun mengkonfrontasi) tehnik pertahanan.
4.      Mengembangkan koping yang lebih baik melalui pengajaran dan saran praktis dan melalui terapis sebagai role model dan sebagai tokoh yang senantiasa menenangkan dimana penderita dapat bersandar.



<script data-ad-client="ca-pub-6890599241339623" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>


[1] https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/skizofrenia/
[2] https://www.honestdocs.id/hormon-estrogen-fungsi-kelebihan-kekurangan
[3] https://www.kajianpustaka.com/2019/11/pengertian-jenis-gejala-dan-pengobatan-skizofrenia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar